Senin, 10 Januari 2011

Dear Diary

18 Januari 2010

Dear my old diary...

Hmm, sudah 15 tahun sejak terakhir kali aku menulis disini.. 18 Januari 1995. Kini, di tanggal yang sama, tahun 2010. Ah, entah mengapa tiba-tiba, aku ingin mencurahkan isi hatiku disini. Untung, sejak kepindahanku dari rumah yang lama, kau selalu kusimpan di tasku. Jadi, kau tetap ada.

15 tahun Diary.. Bukan waktu yang singkat ya? Terakhir aku menulis isi hatiku, aku masih duduk di kelas 3 SMP. Ah! Bocah ingusan yang bangga pada cinta monyetnya!
Kini.. Aku bermetamorfosis menjadi wanita dewasa. Hei, bahkan kini aku sudah menjadi istri, dan seorang ibu!! :D
Lima tahun lalu aku menikah dengan pria pilihan hatiku. Mas Farhan. Kini, aku pun sudah memiliki dua buah hati. Aretha (4th) dan Zetha (1th).
Sebenarnya aku sempat ragu ketika hendak menulis diary lagi.. Apa tidak kekanakan ya? Untuk wanita 30 tahun sepertiku, masih curhat di diary? Diary bergambar Hello Kitty pula! Haha.. Aku merasa lucu sendiri dengan tingkahku.
Ah, tak apalah. Anggap saja sedang bernostalgia dengan masa putih-biru!

Diary..
Aku benar-benar pandai menyimpan kesedihan ya? Kenapa aku masih sempat terkesan ceria dan bahagia di awal tulisanku ini? Padahal.. Masalah sebenarnya yang ingin kutulis, jauh dari kebahagiaan. Jauh dari kebahagiaan hidupku..

Diary.. Lusa ulang tahun pernikahanku dan mas Farhan yang ke-5. Harusnya.. Harusnya hari itu menjadi hari yang bahagia. Bagi pasangan lain, mungkin di anniversary-nya, akan mengadakan candle light dinner, atau bahkan bulan madu ke-2. Tapi bagiku dan mas Farhan? Di hari (yang seharusnya bahagia) itu, kami justru akan berada di pengadilan, mengurus proses perceraian kami.
Keretakan rumah tangga kami sudah terasa sejak tahun ke-3 kami membina rumah tangga. Tapi, aku mencoba untuk terus "buta", "bisu", dan "tuli". Karena itu, kami bertahan hingga menjelang tahun ke-5.

Ahh! Aku tak sadar. Terlalu asyik bercerita padamu, membuatku tak perhatikan waktu. Sekarang sudah pukul 12 malam. Besok pagi, hari pertama Aretha masuk playgroup. Aku tidak boleh kesiangan!
Huft, nanti aku lanjutkan kisahku..
Tapi, sekarang aku harus segera tidur..

Night Diary..
Venitha Maharani Pradana

------------------------

19 Januari 2010

Dear my diary..
I wanna kill them!! My husband and that bitchy girl!
What the??
God... Please give me a strength..
Aku tidak mengerti jalan pikiran suamiku!! Apa maunya, mengajak perempuan itu ke rumah kami?? Tak hanya sekedar mengajak, tapi juga mengajak "bermain" di kamar kami! Kamar mas Farhan dan aku! Bahkan gilanya, Aretha yang sedang kugendong, harus ikut melihat kelakuan bejat ayahnya!!
Aku hanya bisa berlari.. Menyelamatkan putraku dari pemandangan tak senonoh itu!
Dan yang menyakitkan lagi, ketika mas Farhan menyadari kedatanganku, melihatku menangis, dia bukan menghampiriku dan menenangkanku. Setidaknya, mengelus rambutku, dan mengatakan bahwa semuanya hanya mimpi. Ia justru meneruskan "permainannya" dengan wanita, yang akhirnya kuketahui sebagai resepsionis di kantor mas Farhan!

Apakah aku manusia yang begitu hina dina, sehingga sepahit ini kenyataan hidupku?

------------------------------

Putra putriku telah kutitipkan di rumah orang tuaku.. Kini, aku berada hanya semeter dari langit.. Ya! Dari langit..
Dengan ketinggian ini, aku bebas mengedarkan pandanganku.. Tanpa khawatir akan melihat mas Farhan dengan resepsionisnya yang gila itu.

Tuhan..
Maafkan aku..
Kutitipkan Aretha dan Zetha dalam perlindungan-Mu..

-------------------------------

"Iya pak.. Benar. Ini milik sahabat saya.. Venitha."
Aku menutup lembar terakhir diary lusuh milik Venitha. Setahuku, diary ini adalah diary miliknya saat SMP dulu. Tapi, ternyata ia sempat mengisinya kembali. Dengan kisahnya yang tragis, sebagaimana akhir hidupnya yang tak kalah tragis pula.

Aku sudah menghubungi keluarga Venitha di Bandung, mereka sedang dalam perjalanan. Aku pun sudah menghubungi Farhan. Tapi dengan kejamnya, Farhan justru menutup telfon, bahkan saat aku belum selesai bicara.

'Venitha.. Aku benar-benar berduka atas kepergianmu. Kenapa harus jalan ini yang kau ambil? Bagaimana dengan dua jagoanmu yang selalu kau banggakan?? Aretha dan Zetha? Kau tega pada mereka.. Tega padaku! Kau tahu, hari ini seharusnya aku mengantarkan undangan pernikahanku dengan mas Kevin untukmu...'

Aku menangis. Tak percaya Venitha telah meninggalkanku..

"Nona Aluna? Silakan minum dulu. Anda tampak masih sangat shock.."
Polisi yang mengantarku melihat jenazah Venitha tadi sangat baik. Ia sepertinya sangat mengerti kondisiku. Ya, tentu saja aku sangat shock. Melihat jenazah Venitha yang sudah hampir tidak dikenali lagi, merupakan hal yang sangat berat bagiku.


Hari ini, seharusnya diadakan sidang perceraian antara Venitha, Sahabatku, dengan Farhan. Tetapi, rasanya Farhan tidak perlu repot lagi, karena Venitha pun sudah pergi sehari sebelum sidang berlangsung.
Kini, aku sedang duduk di samping pusaramu. Dengan si kecil Aretha di sampingku, dan Zetha di pangkuanku. Mereka belum mengerti, kemana ibunya pergi.
Ve, izinkan aku merawat anak-anakmu.. Orang tuamu pun sudah memberi izin. Mereka lebih rela cucu-cucunya diurus olehku ketimbang oleh ayahnya.

Semoga.. Tuhan mengampunimu atas keputusan bodohmu mengakhiri hidupmu ini Ve..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar