Kamis, 24 Februari 2011

Hancur

Jika pagi ini adalah pagi terakhir,
betapa hancur!
Aku tak punya bekal!
Dan aku tak punya muka!
Bagaimana bisa menghadap-Nya?
Sedang aku sendiri malu pada rupaku.
Tak ada cahaya.
Tak ada rona.
Tak ada warna.
Kusam, kotor, seperti cucian yang kutumpuk seminggu lalu.
Jika ini kali terakhirku berkeluh kesah, bagaimana dengan sisa sisa masalahku?
Pasti mengendap dan membuat hatiku beku.
Lalu, bagaimana aku harus berlaku di hadapan-Nya?
Sedang aku terlalu hancur seperti ini.

Sekarang, sebelum siang menjelang, aku berdoa.
Tuhanku yang Maha Segala, beri aku kesempatan memperbaiki kehancuran ini, sebelum kita bertemu.
Amin.

25.02.2011

Kamis, 03 Februari 2011

Sakit

Aku tahu
sakit itu kebalikan dari sehat.
Aku pun tahu
sakit itu jauh tidak lebih enak dari sehat.
Sakit
saat tenaga seperti diserap habis.
saat imun tubuh tak mampu mempertahankan diri.
saat ini,
aku sakit.

Bdg, 4 Februari 2011.

Rabu, 12 Januari 2011

Sedikit Saja Tentangku


Saat ini, aku selangkah lagi menjadi mahasiswi semester empat. Sudah satu setengah tahun aku merasakan bagaimana hidup jauh dari orang tua. Ngekost. Makan, minum, nonton tv sendiri. Sakit, sehat, sedih, seneng, kubagi pada teman. Karena aku hanya bisa mendengar suara nenek yang sudah merawatku lewat telfon. Kalau kata temanku, hidup sebagai anak kost, berarti menjadikan teman sebagai keluarga. Karena kita memang jauh dari keluarga.
Hmm, semua itu pembelajaran buat aku. Aku yang manja. Aku yang gak pernah jauh dari keluarga. Kini sudah waktunya melatih kemandirian. Hitung-hitung latihan, kelak kan jadi ibu rumah tangga! :D

Nah, sekarang beralih ke asmara.
Rasanya bicara tentang cinta, sudah sangat biasa ya?
Jangankan untuk orang seusiaku, seusia adikku yang duduk di kelas lima SD saja, rasanya sudah sering kita dengar.
Aku memang tidak mau pacaran. Aku ingin ta'aruf saja. Kalau cocok, nikah deh!
Tapi..
Aku perempuan biasa. Melihat teman-temanku merenda cinta dengan laki-laki pujaannya, terkadang aku iri.
Terkadang aku pikir, apa mungkin aku juga akan mendapatkan pasangan (suami), yang aku cintai?
Jujur saja, selama kuliah ini, aku juga menaruh hati pada seseorang.
Seseorang, yang hanya tiga temanku yang tahu siapa dia.
Tapi, aku tak berani b

erharap. Teman-temanku juga tahu itu.
Aku tak menaruh harap. Hanya, aku ingin menjadikan 'dia' sebagai salah satu semangatku kuliah!
Ya, karena 'dia' itu anak UPI juga. Jadi, aku bisa melihatnya setiap hari!

"Masa muda, masa yang berapi-api!"
Kutipan lagu raja dangdut itu akhir-akhir ini sering terlintas di pikiranku. Semoga semangatku menggapai asa ini memang kan selalu berapi-api.
Semangat!
Hidup para pemuda!


Bandung, 12 Januari 2011

Salam, Lestari.

Senin, 10 Januari 2011

untitle

Malam ini
terlalu banyak kata
tenggelam oleh tangis suara
tak ada cahaya
membuat mata tak mampu menangkap kebenarannya

Lalu
di mana kita?
Antara himpit deru derita
tak bisa apa-apa

Pegal Linu

Uh!
sakit semua badanku
rasanya ngilu
mungkin pegal linu
kakiku kaku-kaku
lucu!
padahal aku tak berlari?
berjalan saja aku sudah tak sanggup berlama lagi
apa karena aku sudah menua?
tapi, belum duapuluh juga
aku muda, hei!!
mungkin turunan dari nenekku?
bukankah ada penyakit yang diturunkan itu?
apakah juga dengan pegal linu???

Hai Kawan! (Di Warnet Sore Hari)

Hai kawan!
sesorean sudah kita bersama
kau dengar keluh kesahku jua
kau buat aku bersabar
di antara huruf-huruf dalam keyboard usang warnet dekat kost teman kita

Hai kawan!
ayo lekas kita pulang
urat kaki sudah meminta diluruskan
jangan sampai lepas!
kasihan...

Kajian "Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma" oleh Liestia Lestari

Judul : dari ave maria ke jalan lain ke roma
Jenis : Kumpulan Cerpen
Pengarang : Idrus
Penerbit : Balai Pustaka, Jakarta, cetakan pertama 1948; cetakan kedua
puluh empat 2008.

1. AVE MARIA
1.1. Ikhtisar
Kehidupan rumah tangga Zulbahri dengan Wartini sebelumnya baik-baik saja. Tanpa ada prasangka satu sama lain. Namun, kehidupan rumah tangga yang berjalan harmonis itu mulai terusik sejak kehadiran Syamsu, adik Zulbahri, yang dulu sempat menaruh hati pula pada Wartini. Syamsu yang merasa tidak betah bersekolah di Shonanto, memutuskan untuk pindah ke Sekolah Tabib Tinggi di Jakarta, dan ia tinggal di rumah Zulbahri. Kedatangan Syamsu membuat perasaan Zulbahri tidak karuan. Karena bagaimanapun, Syamsu dan Wartini pernah saling mencintai.
Sejak kedatangannya di rumah Zulbahri, Syamsu dan Wartini terlihat semakin dekat. Zulbahri merasa, sebenarnya laki-laki yang pantas untuk mendapatkan Wartini adalah Syamsu, bukan dirinya. Kegundahan hati Zulbahri pun disampaikannya pada istrinya. Namun istrinya meyakinkan bahwa ia hanya mencintai Zulbahri seorang. Sedangkan Syamsu hanyalah teman mainnya sewaktu kecil. Hanya cinta monyetnya.
Namun ucapan Wartini tersebut tidak membuat Zulbahri begitu saja percaya. Karena yang ia lihat, justru mengatakan hal yang sebaliknya. Wartini semakin dekat dengan Syamsu. Mereka sering bermain musik bersama-sama. Wartini bermain piano, dan Syamsu bermain biola. Di suatu malam, mereka berdua memainkan lagu Ave Maria karangan Gounod. Zulbahri yang sedang sakit kepala pun mengacuhkannya dan pergi tidur. Wartini dan Syamsu memainkan lagu tersebut dengan penuh perasaan. Setelah lagu itu selesai dimainkan, Wartini pun menangis. Ia terkenang saat-saat ia memainkan lagu tersebut bersama Syamsu di masa yang lalu. Ia terkenang kisah cintanya bersama Syamsu. Ia berbicara banyak pada Syamsu akan kenangan indah itu, dan sempat bertanya pada Syamsu, mungkinkah jika seorang perempuan mencintai dua orang laki-laki sekaligus.
Tanpa Wartini dan Syamsu sadari, Zulbahri mendengar percakapan mereka. Zulbahri pun berbicara pada Syamsu, bahwa Wartini seharusnya menjadi miliknya. Setelah kejadian itu, Zulbahri pun pergi ke Malang. Ia mencoba menghapus semua ingatannya tentang Wartini. Namun ia tidak mampu melakukannya. Di Malang, Zulbahri bahkan tidak pernah memperhatikan kesehatannya. Ia sempat masuk rumah sakit selama tiga bulan. Setelah keluar dari rumah sakit, ia mencoba kembali ke Jakarta. Bermaksud melihat keadaan Wartini. Namun, apa yang dilihatnya membuatnya sangat terpukul. Ia melihat Wartini dengan Syamsu. Mereka sedang memainkan lagu Ave Maria bersama. Mereka tampak bahagia, dan Wartini pun sedang hamil. Zulbahri kemudian melampiaskan luka di hatinya pada buku. Ia banyak membaca buku. Hingga ia bertemu dengan sebuah keluarga. Keluarga yang rutin ia temui hampir setiap minggu, dan menjadi tempatnya menceritakan semua kisahnya. Di akhir pertemuannya dengan keluarga itu, Zulbahri memberikan sebuah surat pada ayah di keluarga itu, disampaikannya dalam surat itu, bahwa Zulbahri telah masuk ke dalam barisan jibaku untuk membela nusa dan bangsa.

1.2. Alur
• Pernikahan Zulbahri dan Wartini berjalan mulus, tanpa adanya saling mencurigai
• Adik Zulbahri, Syamsu, pindah ke rumah Zulbahri dan berniat melanjutkan sekolah di Jakarta
• Syamsu dan Wartini semakin dekat satu sama lain
• Syamsu dan Wartini sering memainkan lagu Ave Maria bersama-sama
• Syamsu dan Wartini mengenang kebersamaan mereka dulu, yang saling mencintai
• Wartini mengakui bahwa dirinya mencintai Zulbahri namun tidak dapat melupakan Syamsu
• Zulbahri mendengar percakapan antara Syamsu dan Wartini
• Zulbahri berbicara dengan Syamsu bahwa yang sepantasnya hidup bersama Wartini adalah Syamsu
• Zulbahri pergi dari rumah menuju kota Malang
• Kehidupan Zulbahri tidak karuan di Malang
• Zulbahri kembali ke Jakarta
• Zulbahri melihat bahwa Syamsu dan Wartini telah hidup berbahagia
• Zulbahri kembali berkelana, menumpahkan kesedihannya dengan banyak membaca buku
• Zulbahri bertemu dengan sebuah keluarga yang bisa menjadi tempat baginya untuk berbagi cerita
• Zulbahri memutuskan untuk menjadi barisan jibaku

1.3. Tokoh/Penokohan
1) Zulbahri adalah seorang penyair muda. Memiliki perasaan yang sensitif dan mudah terguncang. Memiliki keinginan yang kuat untuk bangkit, untuk turut andil dalam membangun bangsanya.
2) Wartini adalah istri Zulbahri. Seorang wanita egois dan plinplan.
3) Syamsu adalah adik Zulbahri. Orang yang memiliki kepercayaan diri, dan berjiwa optimis. Tidak berperasaan karena merebut istri kakaknya sendiri.
4) Tokoh ‘aku’
5) Ayah ‘aku’
6) Ibu ‘aku’
7) Adik ‘aku’
Berdasarkan peranannya dalam alur, tokoh utama adalah Zulbahri, Wartini, dan Syamsu. Ketiga pelaku itulah yang menciptakan atau terlibat dalam peristiwa-peristiwa yang menjadi unsur alur cerita.


1.4. Latar
Cerpen Ave Maria ini berlatar kota Jakarta pada saat zaman pendudukan Jepang. Latar tempat yang digunakan adalah rumah Zulbahri seperti dalam kutipan cerita di bawah ini.
“Sekali, malam-malam, Wartini dan Syamsu memainkan lagu ‘Ave Maria’ karangan Gounod. Aku waktu itu sedang sakit kepala sedikit dan tidur saja dalam kamarku.” (Idrus, 2008: 6)
Latar waktu yang pengarang gunakan dalam penceritaan cerpen ini adalah malam hari, seperti dalam kutipan cerita di bawah ini.
“Bulan purnama mulai naik perlahan-lahan, memancarkan sinarnya melalui daun-daun jarak di pekarangan itu.” (Idrus, 2008: 4)
Latar suasana dalam cerpen ini adalah menyedihkan, seperti dalam kutipan cerita di bawah ini.
“Kami terharu dan kasihan mendengarkan cerita Zulbahri itu. Ia menengadahkan ke langit yang bertaburan bintang itu. Air matanya tergenang.” (Idrus, 2008: 8).

1.5. Tema
Tema dari novel ini adalah tentang percintaan, yang menitik beratkan tidak boleh merebut cinta orang lain.

1.6. Tipe
Cerpen Ave Maria dapat dimasukkan ke dalam tipe cerpen sosial sebab cerpen ini bercerita tentang hubungan seseorang manusia dengan sesamanya.


1.7. Nilai
Cerpen Ave Maria ini mengandung nilai romantisme, karena menceritakan tentang hubungan percintaan.

1.8. Fungsi dan Pengalaman
Pengalaman yang didapat setelah membaca cerpen ini adalah merasa tidak setuju dengan tindakan tokoh Zulbahri. Karena akibat dari keputusan yang diambil oleh Zulbahri, membuat Wartini dan Syamsu mengambil keputusan yang salah pula. Ini termasuk kedalam pengalaman moral.

2. JALAN LAIN KE ROMA
2.1. Ikhtisar
Tidak banyak yang dapat diceritakan dari seorang Open. Perawakannya, tidak berbeda dari kebanyakan orang lain. Namun, nama Open itulah yang memiliki riwayat tersendiri. Dulu, ayah dan ibunya sempat hendak bertanya pada dukun, perkara nama yang tepat bagi anaknya. Namun, hal itu dibuang jauh-jauh dari pikiran ayah dan ibu tersebut. Lalu mereka hendak memberi nama Ali pada anaknya. Namun mereka ingat, Ali tetangganya ialah seorang penjudi dan pengadu ayam. Mereka tidak mau anaknya menjadi seperti itu. Maka mereka pun tidak memberi nama Ali pada anaknya.
Pada suatu hari, ayah itu bermimpi tentang kota New York. Namun entah kenapa, ia seperti mendengar kata Openhartig (Bahasa Belanda) yang berarti terus terang atau jujur. Ketika sang ayah menceritakan hal itu pada istrinya, istrinya merasa mungkin itu adalah petunjuk dari Tuhan tentang perkara nama anak mereka. Maka, anak itu pun diberi nama Open. Karena riwayat dari namanya ini, Open berjanji untuk mengabulkan impian ibunya, bahwa ia akan selalu menjadi orang yang selalu berterus terang.
Suatu hari, Open menjadi seorang guru. Karena keterusterangannya, Open sering terlalu polos menceritakan pengalaman hidupnya pada semua muridnya. Termasuk menceritakan saat ia bertengkar dengan istrinya, hingga istrinya membawa-bawa golok sambil mengejarnya. Setelah menceritakan itu, murid-murid Open sering meledek Open sebagai suami yang tidak berani terhadap istri. Bahkan murid-murid menyebut Open dengan julukan ‘Guru golok’ yang kemudian diplesetkan menjadi ‘Guru goblok’. Makin lama Open tidak tahan atas perilaku murid-muridnya. Ia pun menghukum salah satu murid dengan memukulnya. Open pun dikeluarkan dari sekolah.
Setelah itu, muncul keinginan di hati Open untu menjadi seorang mualim. Ia banyak membaca buku-buku agama. Namun, karena lamanya ia menganggur, istrinya pun tidak tahan. Saat Open sedang membaca Al-Quran, istrinya datang menanyainya perihal permasalahan yang membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Open pun menjelaskan semuanya tanpa ada yang ditutupi sedikitpun. Istrinya marah, dirobeknya Al-Quran yang sedang dibaca Open, lalu dibakarnya. Perkelahian pun terjadi. Open meninggalkan istrinya. Ia kembali ke desa. Ke rumah orang tuanya.
Di desa, Open bertemu dengan Surtiah. Gadis desa yang membuatnya jatuh hati. Di desa ini, Open menjadi seorang guru mengaji. Dalam perjalanannya menjadi guru mengaji ini, Open kembali beristri. Ia memperistri Surtiah. Pada suatu hari, Open mengajak Surtiah pindah ke kota. Di kota itulah, Open bertemu dengan seorang mualim yang berbeda dari yang lain. Dari mualim itu, Open belajar banyak. Terutama, ia belajar menulis. Ketika ia sedang serius menulis, ia bahkan menyuruh istrinya untuk tidak mengganggunya dan kembali ke desa. Tulisan-tulisannya yang berbicara tentang bangsa Indonesia yang berada dalam kekuasaan Jepang, sempat membawa Open masuk penjara. Dalam penjara itulah Open sadar akan arti kemerdekaan. Jika ia dipenjara seperti itu, maka ia telah kehilangan kemerdekaannya.
Ketika Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya, Open pun dilepaskan. Dalam hatinya ia berjanji, tidak akan membuat tulisan-tulisan seperti tulisan-tulisannya dulu. Ia tetap berniat menulis. Selain menulis, ia pun mencoba berbagai pekerjaan lain, diantaranya menjadi seorang penjahit. Karena ia merasakan semuanya telah berjalan dengan stabil, ia mengirim surat pada Surtiah di desa, untuk segera pulang dan kembali bersamanya. Surtiah pun kembali ke kota. Ia menemani Open, dan Surtiah melihat perubahan yang telah terjadi pada suaminya setelah suaminya tersebut keluar dari penjara.

2.2. Alur
• Open terlahir ke dunia
• Orang tua Open berusaha mencari nama yang paling tepat bagi puteranya
• Ayah Open bermimpi tentang kota New York dan sering mendengar ucapan-ucapan “Openhartig”
• Ibu Open menganggap hal itu adalah petunjuk
• Ibu Open memutuskan untuk memberi nama puteranya, Open
• Open tumbuh menjadi anak yang selalu berterusterang, seperti apa yang diminta oleh ibunya
• Open tumbuh dewasa dan menjadi seorang guru sekolah rakyat
• Open menceritakan tentang pertengkarannya dengan istrinya di kelas
• Seluruh siswanya meledek Open
• Open memukul salah satu siswa
• Open dipecat dari pekerjaannya
• Open menjual sepeda antik miliknya lalu membeli sebuah Al-Quran terjemahan
• Open berniat menjadi seorang mualim
• Istri Open merasa kesal karena suaminya terus menjadi pengangguran
• Istri Open merobek Al-Quran yang sedang dibaca Open
• Open marah lalu meninggalkan istrinya dan kembali ke desa
• Di desa Open bertemu dengan Surtiah
• Open menjadi guru mengaji di desa
• Open menikah dengan Surtiah
• Open dan Surtiah pergi ke kota
• Open bertemu dengan seorang mualim yang berbeda dengan mualim lain yang pernah ia temui
• Open terinspirasi menjadi seorang penulis
• Open mulai menulis dengan tulisan yang cenderung bersifat keras
• Open belum juga mendapatkan pekerjaan
• Open menyuruh Surtiah pulang ke desa karena dirasa selalu mengganggunya
• Tulisan Open sempat diterbitkan
• Pihak Jepang merasa salah telah menerbitkan tulisan Open, karena tulisan Open dinilai mengancam pihak Jepang
• Open diinterogasi dan disiksa di dalam penjara
• Setelah kemeerdekaan Indonesia, Open dilepaskan
• Open menulis lagi, namun tidak dengan tulisan yang keras seperti dulu
• Open sempat pula menjadi penjahit
• Open menyuruh Surtiah untuk kembali menemaninya

2.3. Tokoh/Penokohan
1) Open adalah seorang yang sangat jujur dan polos. Pekerjaannya berubah-ubah, mula-mula menjadi guru, mualim, pengarang, dan terakhir tukang jahit.
2) Surtiah adalah istri kedua Open. Patuh pada suami, setia, bersahaja.
3) Ibu Open adalah bijaksana, sangat menyayangi Open.
4) Ayah Open adalah seorang Ayah yang baik.
5) Mualim kota adalah seorang yang cerdas, banyak membarikan pelajaran kepada Open.

2.4. Latar
Cerpen Jalan Lain Ke Roma berlatar tempat di sebuah desa yang merupakan tempat kelahiran Open. Tapi desa tersebut tidak disebutkan namanya dengan jelas, seperti dalam kutipan cerita di bawah ini.
“Desa itu seperti desa-desa lainnya, tidak punya penerangan, tidak punya toko buku, dan tidak punya kamar kecil.” (Idrus, 2008:157).
Latar tempat kedua adalah kota tempat Open merantau seperti dalam kutipan di bawah ini.
“Pada suatu hari Surtiah dibawa Open ke kota. Di sini mereka bertemu dengan seorang mualim pula.” (Idrus, 2008:161).
Latar waktu dalam cerpen ini lebih banyak bercerita pada waktu malam hari, seperti dalam kutipan di bawah ini.
“Malam-malam sebelum tidur bayangan-bayangan mengejar dia.” (Idrus, 2008:170).
Latar suasana dalam cerpen ini adalah mengharukan. Ini terdapat pada penggalan cerita saat Open mulai menyadari keegoisannya dulu, dia hanya memikirkan dirinya dan karangan-karangannya. Open kemudian menulis surat kepada Surtiah untuk kembali ke kota (Idrus, 2008:171).
2.5. Tema
Tema cerpen Jalan Lain ke Roma adalah lika-liku kehidupan manusia untuk mencari jati dirinya yang sesungguhnya.

2.6. Tipe
Cerpen Jalan Lain ke Roma dimasukkan ke dalam tipe sosial tidak jauh berbeda dengan cerpen Ave Maria, sebab cerpen ini bercerita tentang hubungan seseorang manusia dengan sesamanya.

2.7. Nilai
Nilai yang terkandung dalam cerpen ini adalah nilai kehidupan sebab cerita dalam cerpen ini menggambarkan tentang lika-liku kehidupan dan segala makna berharga yang terkandung di dalamnya.

2.8. Fungsi dan Pengalaman
Cerpen ini memaparkan bahwa menjalani kehidupan di dunia ini dengan menerapkan kejujuran itu tidaklah mudah, sebab tidak semua orang dapat menerima kejujuran tersebut. Ini termasuk ke dalam pengalaman informatif.